Tawuran antar geng sekolah |
Biasanya kalo di tipi2 ato di novel2,
anak2 SMA pasti punya yang namanya geng/kelompok/persatuan yang melambangkan
jati diri mereka. Biasanya sih mereka nongkrong di dekat kedai somay ato
penjual pop ice keliling gitu. Agak rancu sih, mereka mau nongkrong ato ikut
jualan somay. Yang pasti sebagai SPG (Sales Promotion Gay) mereka jelas tidak
memenuhi syarat. Nah, karena aku orangnya sedikit ANSOS (Anti Sosial) dan gak
suka anarkis, aku mah pantang ikut2an genk2 sekolah. Zaman sekarang ini, genk2
sekolah sering diidentikkan dengan tauran. Maklum, masa SMA kan masa dimana
Alay dan Akil Baliq bercampur jadi satu. Meskipun begitu, bukan berarti membuat
geng adalah sebuah kesalahan. Kita butuh sebuah wadah, dimana kita bisa
mengekspresikan diri kita. Itulah hakikat sejati dari sebuah “geng”.
Aku juga mempunyai “geng”. Geng pertama dan yang paling berkesan. Kami melalui hari-hari bersama. Kami menegaskan keberadaan kami. Kami “OTET-OTET” ….adalah jiwa yang bebas. OTET-OTET……Simbol dari kejayaan masa muda kami.
Aku masi ingat hari dimana masih bersama mereka, “OTET-OTET” di kala jam istirahat. Aku dan teman-temanku berkumpul bersama di pojokan sekolah. Pojokan sekolah memang tempat favorit kami waktu itu berkumpul. Yang dimaksud pojokan sekolah disini adalah sepetak lapak kosong yang tepat berada di sebelah toilet cewek. Sampai sekarang aku juga masih bingung, kenapa kami memilih tempat nongkrong di sebelah toilet cewek. Kami memang kelihatan seperti penjahat kelamin. Mungkin itu salah satu alasan mengapa sampai tamat gak ada cewek yang mau menghampiri kami.
“Si Celly lah masuk blom?” kata
Ivo.
“Udah boy, blakangannya jelas2 hitam.
Dia keringatan. Hehehehehe” Yanto nyengir dengan mukak mesumnya.
“Bah kelelawar donk. Kan sayapnya
hitam” jawab Ivo dengan tampang yang gak kalah mesum.
Ivo dan Yanto adalah teman2 ku semenjak SMP. Bisa dibilang kedua orang ini adalah anak cerdas. Sebenarnya, barusan ini keduanya sedang mengerjakan sebuah pengamatan ilmiah. Mereka mengumpulkan data dari beberapa sampel cewek dan memperkirakan warna BH apa yang menjadi favorite cewek2 SMA. Prinsip kerja yang digunakan adalah melihat warna yang muncul jelas pada punggung ketika cewek berkeringat. Jika diperhatikan, warna BH ternyata memiliki korelasi dengan tenarnya seorang cewek. Semakin jelas BH-nya, semakin cepat ia tenar. Suatu hal yang tidak terpikirkan oleh anak2 SMA pada umumnya.
Biasanya kami selalu menghabiskan
waktu nongkrong dengan berbagai kegiatan seperti makan, baca komik, atau
sekedar buang air kencing. Tidak jarang ketiga hal ini kami lakukan secara
bersamaan untuk menghemat waktu istirahat. Nah, hal yang paling favorite adalah
ketika sudah berdiskusi tentang sepakbola
Kalo soal sepakbola, temanku yang
paling jago adalah AB. Nama aslinya adalah Abram. Tidak pernah ada yang tau
siapa dan bagaimana namanya berubah menjadi AB. Itu masih menjadi misteri
samapi sekarang. Banyak orang yang menerka2 AB itu apa. Ada yang berpikir Anak
Biadab, Anak Buangan, Anak Boker, Anak
Bastard, Anak Bullshit entahlah, gak ada
yang tau. Tapi kalo kuliat mukaknya, aku sih lebih setuju kalo namanya diubah
jadi BAB.
Mahluk ini benar-benar penggila bola. Diantara kami, mungkin dia yang skillnya paling jago. Hampir semua posisi bisa dikuasainya. Mulai dari striker, gelandang, bek, kiper, ballboy sampai tukang lap sepatu pemain. Dia juga pelatih sekaligus pemain sepakbola remaja di kompleks rumahnya. Dia adalah pahlawan bagi timnya. Ketika timnya kalah, dia akan menginstruksikan pemainnya untuk mematahkan kaki lawan dan ketika tauran, dia akan masuk ke lapangan menjadi pemain ke dua belas yang ikut membacok lawannya.
Haaaaahhhhh….
Aku senang kalo kami sudah bicara soal sepakbola. Sepakbola memberikan kami kebebasan dalam berimajinasi. Kami selalu bercita-cita menjadi pemain sepakbola terkenal, punya banyak duit, punya banyak mobil mewah, dan dikagumi banyak penggemar. Pernah suatu saat aku bercerita kepada Ivo bahwa aku akan menjadi pemain bola terkenal dan menikahi seorang model Italia. Kami menikah di stadion, disaksikan jutaan pasang mata, lalu diberkahi lima orang anak yang lucu-lucu. Mendadak Ivo diam mendengar ceritaku. Sepertinya dia merasa kalo impianku terlalu tinggi. Ini bisa dilihat dari reaksinya pertama kali dengan meletakkan tangannya di dahiku dan mencocokkan panas kepalaku dengan panas bokongnya.
Yang jauh lebih aneh ketika Yanto berbicara soal impiannya. Dari dulu dia sangat bercita-cita menjadi pemain top Real Madrid. Ternyata, cita-citanya begitu supaya waktu dia bermain PS pakai Real Madrid, dia bisa menggunakan dirinya sendiri sesukanya. Jadi, ketika kami bertanding PS, dia akan bersorak-sorak sambil telanjang keliling kampung ketika dirinya sendiri yang mencetak gol. Kata dia, itu adalah hal yang sangat membanggakan. Kataku, itu adalah hal yang sangat memuakkan.
Berbicara soal main PS, hampir semua anggota “OTET-OTET” adalah masternya bermain PS terutama game sepakbola. Untuk melatih kemampuan, biasanya waktu pulang sekolah kami langsung cabut ke rental PS terdekat. Yang namanya anak muda, sudah pasti kalo tanding PS harus taruhan. Hal itu juga berlaku bagi kami. Alasannya kalo gak taruhan dibilang bencong. Aku mah ogah dibilang bencong, itu sama saja menjatuhkan harga diriku yang sudah jatuh.
Taruhannya bervariasi sih, kadang lima ribu,
sepuluh ribu, sesekali taruhan surat rumah atau izajah SMP. Semuanya kami
serahkan demi kesenangan dan baru pulang kalo bulan sudah menampakkan diri.
Lucu juga ya, demi PS, kami harus berkorban apapun. Gak jarang juga kami jalan
kaki pulang karena kehabisan uang untuk ongkos angkot.
Meskipun
begitu, Ricky temanku, adalah pecundang sejati kalo udah tanding PS. Dia pernah
membuat rekor kalah 10 kali dari 8 pertandingan. Karena kehabisan uang, dia
akhirnya mempertaruhkan seragamnya yang tersisa. Tentu saja sebagai teman kami
tidak tega, sehingga kami membiarkan dia pulang dengan sehelai singlet supaya
gak masuk angin.
Kami sih ngerti kenapa dia gak jago main PS. Dia pertama kali main PS semenjak berteman dengan kami. Sebelumnya dia belum kenal yang namanya PS dan tentu dia perlu waktu agar dapat menyaingi kami yang semenjak lahir sudah bermain PS. Maklum, Ricky adalah anak pindahan dari suatu daerah antah berantah yang karena suatu mukzijat bisa terdampar di kota Padang. Badannya kecil dengan perawakan garang. Ketika dia pertama kali perkenalkan diri, kami satu kelas tidak ada yang tau nama daerah dia berasal termasuk guru geografi kami.
Ivo pernah bertanya “jadi Ki,
apalah permainan kalian disana?”
![]() |
Foto Ricky sebelum ke Kota Padang |
“Kami sih waktu kecil mainnya petak umpet, lompat tali, sejenis permainan tradisional gitu lah” jawab Ricky dengan santai.
Kami mengangguk secara bersama-sama. Aku sempat berpikir dia akan menjawab “waktu kecil sih kami diajak berburu binatang buas dan mencari kayu bakar” sambil membayangkan dia memakai tombak dan sehelai celana seperti Pitchecantrhopuhus erectus kecil. Kurasa, kalo gamebot masuk kampung asalnya, pasti mereka pada berkerumun kayak manusia purba waktu menenmukan api.
Kalau diingat-ingat, masi banyak
kejadian lucu ketika kami nongkrong. Salah satu anggota geng kami ada yang
jailnya setengah mampus. Namanya adalah Nata. Dia adalah orang Minang Asli.
Pernah ketika “OTET-OTET” nongkrong di pojokan sekolah, dia berencana menjaili
teman sekelas kami, sebut saja Bunga (nama samaran). Bunga orangnya kagetan dan
juga pemalu. Waktu itu, Nata berencana untuk mengangetkan Bunga ketika dia
keluar dari toilet cewek. Diam-diam dia bersembunyi di balik tembok yang
memisahkan toilet cewek dengan toilet laki2, persis seperti pencuri jemuran
pakaian dalam. Ketika Bunga akan keluar dari toilet cewek, Nata bersiap2 untuk
mengagetkan Bunga.
“HUUUAAAAAAAAAAAAAAHAAAA” teriak
Nata mengagetkan Bunga. Suara nya yang keras sampai terdengar ke pulau sebelah.
Kejadiannya cepat dan berlangsung tiba-tiba. Bunga kaget dan terkejut setengah mampus. Tanpa sengaja dia melempar barang-barang bawaannya ke wajah Nata dengan keras. Dia berteriak dan menyebutkan semua isi kebun binatang kearah Nata. Hahahahaha…
Pada akhirnya, Nata memohon
agar dimaafkan oleh Bunga sambil mencium kakinya. Nata takut Bunga melapor ke
Wali Kelas mengenai kejadian ini. Pasti orang tua Nata akan dipanggil dan
berakhirlah nyawanya seketika itu juga. Waktu itu aku berpikir, kenapa sih Nata
sanggup-sanggupnya punya rencana bodoh seperti itu. Andaikan saja, ketika itu
Bunga bermaksud mengganti pembalut, lalu dia kaget, tentu dia akan malu kalau
sampai orang banyak melihat seonggok pembalut bekas dan sebungkus Soft*x
tercecer di lantai. Wah2, pasti Bunga gak bakal memaafkan Nata. Tapi kalau aku
jadi si Bunga sih, tuh pembalut bekas pasti kulemparkan ke mukaknya yang mirip
jamban.
Masih banyak kebodohan lain yang kuceritakan, tapi ya sudahlah. Aku masih ingin mengenang kalian di waktu yang lain. Sejujurnya aku rindu "OTET-OTET" dari hati yang terdalam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar